BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
lmu pengetahuan dalam
bidang rekayasa genetika mengalami perkembangan yang luar biasa.
Perkembangannya diharapkan mampu memberikan solusi atas berbagai permasalahan
baik dari segi sandang, pangan, dan papan yang secara konvensional tidak mampu
memberikan konstribusi yang maksimal. Adanya produk hasil rekayasa tanaman
memiliki tujuan untuk mengatasi kelaparan, defisiensi nutrisi, peningkatan
produktivitas tanaman, ketahanan terhadap cekaman lingkungan yang ekstrem, dan
lain-lain (Amin et al., 2011a). Perkembangan dari rekayasa genetika tersebut
diikuti dengan berbagai macam isu permasalahan seperti sosial, ekonomi,
lingkungan, kesehatan, politik, agama, etika dan legalitas suatu produk
rekayasa genetika.
Permasalahan-permasalahan
tersebut terangkum dalam sebuah kajian yang dinamakan bioetika (Pottage,
2007; Evans&Michael, 2008). Perma-salahan bioetika rekayasa genetika selalu
dikaitkan oleh berbagai macam kekhawatiran tentang produk hasil rekayasa
genetika. Kekhawatiran tersebut mendorong munculnya berbagai macam
kontroversial di kalangan masyarakat. Dari hal inilah muncul berbagai macam pro
dan kontra mengenai produk rekayasa genetika. Adanya berbagai polemik tersebut
mendasari terbentuknya berbagai macam peraturan atau protokol yang mengatur
berbagai macam aktivitas di bidang rekayasa genetika (Dano, 2007).
Rekayasa genetika memegang
peranan penting dalam merubah susunan genetika makhluk hidup sesuai dengan
keperluan manusia di masa ini. Rekayasa Genetika (transgenik) atau juga
yang lebih dikenal dengan Genetically Modified Organism (GMO) dapat
diartikan sebagai manipulasi gen untuk mendapatkan galur baru dengan cara
menyisipkan bagian gen ke tubuh organisme tertentu. Rekayasa genetika juga
merupakan Pencangkokan Gen atau ADN Rekombinan. Rekayasa Genetik, dinyatakan
sebagai kemajuan yang paling mengagumkan semenjak manusia berhasil memisahkan
atom (Imawan, dkk: 2012).
Penerapan
rekayasa genetika juga telah memasuki perangkat terpenting bagi makhluk hidup
yakni gen sehingga tumbuhan atau hewan yang dihasilkan dari rekayasa genetika
ini diharapkan memiliki sifat-sifat yang unggul, yang berbeda dari tanaman atau
hewan aslinya. Disusul dengan perkembangan bioteknologi sehingga pemuliaan
tanaman merupakan salah satu sektor paling menjanjikan dalam industri
pertanian. Namun, seperti teknologi baru lainnya, keberadaan tanaman hasil
rekayasa genetika mulai menuai kontroversi di masyarakat dunia. Ada pihak yang
mendukung dihasilkannya tanaman hasil rekayasa genetik (sering disebut sebagai
tanaman transgenik), tetapi ada beberapa pihak yang dengan jelas penggunaan
tanaman transgenik ini pada manusia. Hal ini menimbulkan polemik bagi
masyarakat dunia terhadap keberadaan makanan hasil tanaman transgenik yang
sudah tersebar luas di berbagai pasar. Selain tumbuhan,
rekayasa genetika terhadap hewan dan manusia juga menimbulkan pro dan kontra.
Sebagian pihak menganggap kehidupan suatu makhluk tidak dapat
dicampur tangangi oleh manusia karena hanya Tuhan yang berhak mengutak atik
gen. Dalam
makalah ini akan dibahas mengenai rekayasa
genetika serta hubungannya dengan etika.Pembahasan
ini merupakan peninjauan ulang terhadap berbagai jurnal dan artikel terkait
rekayasa genetika dan hubungannya terhadap bioetika.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar
belakang masalah di atas, maka masalah yang diidentifikasi dalam makalah ini
adalah hubungan rekayasa genetika dengan bioetika baik dari segi Undang-undang,
agama dan etika.
1.3 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam
makalah ini yaitu penjelasan mengenai rekayasa genetika, kaitan rekayasa
genetika dengan bioetika berdasarkan undang-undang dan pandangan agama.
1.4 Batasan Masalah
Masalah
dalam makalah ini dibatasi oleh:
1. Penjelasan mengenai rekayasa
genetika
2. Kaitan rekayasa genetika dengan
bioetika berdasarkan undang-undang dan pandangan agama.
1.5 Tujuan
Tujuan makalah ini yaitu
untuk mengetahui tentang rekayasa genetika dan dampak-dampaknya bagi manusia
dan lingkungan serta kaitannya dengan bioetika.
1.6 Manfaat
Manfaat makalah ini
yaitu agar kita mengetahui pengawasan terhadap penerapan keilmuan manusia, agar
tidak menyimpang dari norma-norma atau etika yang ada dan moral agama yang
memberikan keluasan untuk menetapkan sesuatu berdasarkan undang-undang dan
pandangan agama.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Rekayasa
Genetika
Rekayasa genetika
merupakan transplantasi atau pencangkokan satu gen ke gen lainnya
dimana dapat bersifat antar gen dan dapat pula lintas gen sehingga mampu
menghasilkan produk. Rekayasa
genetika juga diartikan sebagai usaha manusia dalam ilmu biologi dengan cara
memanipulasi (rekayasa) sel, atau gen yang terdapat pada suatu organisme
tertentu dengan tujuan menghasilkan organisme jenis baru yang identik secara
genetika (Zamroni, 2012)
Teknologi Rekayasa
Genetika merupakan inti dari bioteknologi didefinisikan sebagai teknik in-vitro
asam nukleat, termasuk DNA rekombinan dan injeksi langsung DNA ke dalam sel
atau organel; atau fusi sel di luar keluarga taksonomi yang dapat
menembus rintangan reproduksi dan rekombinasi alami, dan bukan teknik yang
digunakan dalam pemuliaan dan seleksi tradisional.
Prinsip dasar teknologi
rekayasa genetika adalah memanipulasi atau melakukan perubahan susunan asam
nukleat dari DNA (gen) atau menyelipkan gen baru ke dalam struktur DNA
organisme penerima. Gen yang diselipkan dan organisme penerima dapat berasal
dari organisme apa saja. Misalnya, gen dari sel pankreas manusia yang kemudian
diklon dan dimasukkan ke dalam sel E. Coli yang bertujuan untuk mendapatkan
insulin.
2.2 Sejarah Genetika
Sejarah perkembangan
genetika sebagai ilmu pengetahuan dimulai menjelang akhir abad ke-19 ketika
seorang biarawan Austria bernama Gregor Johann Mendel berhasil melakukan
analisis yang cermat dengan interpretasi yang tepat atas hasil-hasil percobaan
persilangannya pada tanaman kacang ercis (Pisum sativum). Sebenarnya, Mendel bukanlah orang pertama yang
melakukan percobaan-percobaan persilangan (Anonim.
2008). Akan
tetapi, berbeda dengan para pendahulunya yang melihat setiap individu dengan
keseluruhan sifatnya yang kompleks, Mendel mengamati pola pewarisan sifat demi
sifat sehingga menjadi lebih mudah untuk diikuti. Deduksinya mengenai pola
pewarisan sifat ini kemudian menjadi landasan utama bagi perkembangan genetika
sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan, dan Mendel pun diakui sebagai Bapak
Genetika.
Karya Mendel tentang pola
pewarisan sifat tersebut dipublikasikan pada tahun 1866 di Proceedings of the Brunn Society for Natural History. Namun, selama lebih dari 30 tahun tidak pernah ada
peneliti lain yang memperhatikannya. Baru pada tahun 1900 tiga orang ahli
botani secara terpisah, yakni Hugo de Vries di Belanda, Carl Correns di Jerman,
dan Eric von Tschermak-Seysenegg di Austria, melihat bukti kebenaran
prinsip-prinsip Mendel pada penelitian mereka masing-masing. Semenjak saat itu hingga lebih kurang pertengahan abad
ke-20 berbagai percobaan persilangan atas dasar prinsip-prinsip Mendel sangat
mendominasi penelitian di bidang genetika. Hal ini menandai berlangsungnya
suatu era yang dinamakan genetika klasik.
Selanjutnya, pada awal abad
ke-20 ketika biokimia mulai berkembang sebagai cabang ilmu pengetahuan baru,
para ahli genetika tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang hakekat materi
genetik, khususnya mengenai sifat biokimianya. Pada tahun 1920-an, dan kemudian
tahun 1940-an, terungkap bahwa senyawa kimia materi genetik adalah asam
deoksiribonukleat (DNA). Dengan ditemukannya model struktur molekul DNA pada
tahun 1953 oleh J.D. Watson dan F.H.C. Crick dimulailah era genetika yang baru,
yaitu genetika molekuler.
Perkembangan penelitian
genetika molekuler terjadi demikian pesatnya. Jika ilmu pengetahuan pada
umumnya mengalami perkembangan dua kali lipat dalam satu dasawarsa, maka waktu
yang dibutuhkan untuk itu (doubling
time) pada genetika molekuler
hanyalah dua tahun. Bahkan, perkembangan yang lebih revolusioner dapat
disaksikan semenjak tahun 1970-an, yaitu pada saat dikenalnya teknologi
manipulasi molekul DNA atau teknologi DNA rekombinan atau dengan istilah yang
lebih populer disebut sebagai rekayasa
genetika.
Salah satu penelitian yang
memberikan kontribusi terbesar bagi rekayasa genetika adalah penelitian
terhadap transfer (pemindahan) DNA bakteri dari suatu sel ke sel yang lain
melalui lingkaran DNA kecil yang disebut plasmid. Bakteri eukariota uniseluler
ternyata sering melakukan pertukaran materi genetik ini untuk memelihara
memelihara ciri-cirinya. Dalam rekayasa genetika inilah, plasmid berfungsi
sebagai kendaraan pemindah atau vektor.
Agar materi genetik yang
dipindahkan sesuai dengan keinginan kita, maka kita harus memotong materi
genetik tersebut. Secara alami, sel memiliki enzim-enzim pemotong yang sering
disebut dengan enzim restriksi. Enzim ini dapat mengenali dan memotong
tempat-tempat tertentu di sepanjang molekul DNA. Untuk menyambung kembali
potongan-potongan DNA ini digunakan enzim ligase. Sampai sekarang ini telah
ditemukan lebih dari 200 enzim restriksi. Hal ini tentu saja mempermudah
pekerjaan para ahli rekayasa genetika untuk memotong dan menyambung kembali
DNA.
Genetika pada saat ini telah
berkembang pesat. Sejak sruktur DNA diketahui dan kode genetika dipecahkan,
serta proses transkripsi dan tranlasi dapat dijabarkan dalam kurun waktu antara
tahun 1952-1953, telah terbuka pintu untuk perkembangan penting di bidang
genetika. Penemuan di atas diikuti periode antiklimaks ketika beberapa ahli
biologi molekuler antara tahun 1971-1973 berhasil melakukan rekayasa genetika,
separti pemotongan gen (DNA) yang terkontrol dan rekombinasi DNA yang inti
prosesnya adalah kloning atau pengklonaan DNA. Dengan rekayasa genetika dapat
disatukan bahan genetik dari satu organisme dengan organisme lain dan dapat
dihasilkan makhluk hidup baru.
2.3 Manfaat
Rekayasa Genetika
Beberapa peristiwa penting yang sudah
berhasil dan masih giat diusahakan ialah:
2.3.1 Di
bidang Kedokteran
Dalam dunia kedokteran, misalnya, produksi
horman insulin tidak lagi disintesis dari hewan mamalia, tetapi dapat
diproduksi oleh sel-sel bakteri dengan cara kloning.
ADN mamalia yang mengkode sintesis hormon insulin. Klon ADN
kemudian dimasukkan ke dalam sel bakteri sehingga sel-sel bakteri
tersebut akan menghasilkan hormon insulin.
a. Pembuatan Insulin Manusia
oleh Bakteri
Dalam bulan Desember 1980, seorang wanita
Amerika (37 tahun) berasal dari Kansas, Amerika Serikat, merupakan manusia pertama
yang dapat menikmati manfaat rekayasa genetika. Dia
merupakan pasien diabetes pertama yang disuntik dengan insulin manusia
yang dibuat oleh bakteri. Insulin adalah suatu macam protein yang
tugasnya mengawasi metabolisme gula di dalam tubuh manusia. Gen insulin adalah
suatu daerah dalam ADN kita yang memiliki informasi untuk menghasilkan insulin.
Penderita diabetes tidak mampu membentuk insulin dalam jumlah yang dibutuhkan.
Dahulu insulin didapatkan dari kelenjar pancreas sapi dan babi. Untuk membuat
hanya 1 pound (0,45 kg) insulin hewani itu, yang dibutuhkan oleh 750 pasien
diabetes selama satu tahun, diperlukan 8.000 pound (3.600 kg) kelenjar yang
berasal dari 23.000 ekor hewan.
Dengan teknik rekayasa genetika,
para peneliti berhasil memaksa bakteri untuk membentuk insulin yang mirip
sekali dengan insulin manusia. Melalui penelitian dapat dibuktikan pula bahwa
salinan insulin manusia ini bahkan lebih baik daripada insulin hewani dan dapat
diterima lebih baik oleh tubuh manusia.
b. Pembuatan Vaksin Terhadap
Virus AIDS
Pada tahun
1979 di Amerika Serikat dikenal suatu penyakit baru yang menyebabkan seseorang
kehilangan kekebalan tubuh. Penyakit ini dinamakan AIDS (Acquired Immune
Deficiency Syndrome) atau Sindrom defisiensi imunitas dapatan. Penderita
mengidap kerapuhan daya kekebalan untuk melawan infeksi. Dalam tahun 1983
diketahui bahwa AIDS ditularkan oleh prosedur transfusi darah,
selain oleh pemakaian jarum obat bius dan
hubungan seks pada orang homoseks. Penderita AIDS mengalami kerusakan pada
sel-T, sel darah putih kelompok limfosit yang vital bagi tubuh guna memerangi
infeksi.
c. Usaha menyembuhkan penyakit Lesch-Nyhan
Penyakit Lesch-Nyhan adalah salah satu
penyakit keturunan yang ditemukan paling akhir, yaitu di pertengahan
1960, oleh Dr. William Nyhan dari medical Scholl, University of California, San
Franscisco, California, USA, bersama seorang mahasiswanya bernama Michael
Lesch. Penyakit ini adalah salah satu dari sekitar 3000 jenis penyakit
keturunan yang pernah ditemukan.
Penerita penyakit mental ini tidak mampu membentuk enzim hipoxantin-guanin
phosphoribosil transferase (HGPRT) yang diikuti olah bertambah aktifnya gen
serupa, ialah adenine phosphoribosil transferase (APRT). Karena metabolisme
purin menjadi abnormal, maka penderita memilliki purin yang berlebihan,
terutama basa guanine.
d. Terapi Gen
Para peneliti juga menggunakan rekayasa
genetika untuk mengobati kelainan genetik.
Proses ini, yang disebut terapi gen, meliputi penyisipan duplikat beberapa gen
secara langsung ke dalam sel seseorang yang mengalami kelainan genetis. Sebagai
contoh, orang-orang yang mengalami sistik fibrosis tidak memproduksi protein
yang dibutuhkan untuk fungsi paru-paru yang tepat. Kedua gen yang mengkode
protein untuk cacat bagi orang-orang ini mengalami kerusakan. Para ilmuwan
dapat menyisipkan duplikat gen ke dalam virus yang tidak membahayakan. Virus
“yang direkayasa” ini dapat disemprotkan ke paru-paru pasien yang menderita
sistik fibrosis. Para peneliti berharap bahwa duplikat gen dalam virus tersebut
akan berfungsi bagi pasien untuk memproduksi protein. Terapi gen masih
merupakan metode eksperimen untuk mengobati kelainan genetik.
Para peneliti bekerja keras untuk mengembangkan teknik yang menjanjikan ini.
2.3.2 Pentingnya
Rekayasa Genetik di Bidang
Farmasi
Dalam dunia farmasi, gen yang mengontrol
sintesis obat-obatan jika diprosukdi secara alami akan membutuhkan ongkos
produksi yang tinggi. Jika diklon dan dimasukkan ke dalam sel-sel
bakteri, bakteri akan memproduksi obat-obatan tersebut. Rekayasa genetik begitu
cepat mendapat perhatian di bidang farmasi dalam usaha pembuatan protein yang
sangat diperlukan untuk kesehatan.
1.
Pencangkokan gen biasanya hanya menyangkut
sebuah gen tunggal. Secara teknik, ini tentunya lebihmudah dijalankan daripada
menghadapi sejumlah gen-gen.
2.
Mungkin kloning gen ini relatif lebih
murah, aman, dan dapat dipercaya dalam memperoleh sumber protein yang mempunyai
arti penting dalam bidang farmasi.
3.
Banyak hasil-hasil farmasi yang didapatkan
melalui pencangkokan gen itu berupa senyawa-senyawa yang dengan dosis kecil
saja sudah dapat memperlihatkan pengaruh yang banyak, seperti misalnya
didapatkannya berbagai macam hormone, faktor
tumbuh dan protein pengatur, yang mempengaruhi proses fisiologis, sepeerti
tekanan darah, penyembuhan luka dan ketenangan hati.
2.3.3 Pentingnya
Rekayasa Genetik di bidang Pertanian
Rekayasa genetik juga telah digunakan untuk
menyisipkan gen ke dalam sel dari organisme-organisme lain. Para ilmuwan telah
menyisipkan gen-gen dari bakteri ke dalam sel tomat, gandum, padi, dan tanaman
pangan lainnya (Bernabetha, dkk. 2006.). Beberapa memungkinkan
tanaman bertahan hidup dalam temperatur dingin atau kondisi tanah yang gersang,
dan kebal terhadap hama serangga. Pertanian diharapkan akan menikmati
keuntungan paling banyak dari teknik rekayasa genetik, seperti:
1.
Menggantikan pemakaian pupuk nitrogen yang
banyak dipergunakan tetapi mahal harganya, oleh fiksasi nitrogen secara
alamiah.
2.
Teknik rekayasa genetik mengusahakan
tanam-tanaman (khususnya yang mempunyai arti ekonomi) yang tidak begitu peka
terhadap penyakit yang disebabkan oleh bakteri, jamur, dan cacing.
3.
Mengusahakan tanam-tanaman yang mampu
menghasilkan pestisida sendiri.
4.
Mengusahakan tanaman padi-padian yang mampu
membuat pupuk nitrogen sendiri.
5.
Tanam-tanaman yang mampu menangkap cahaya
dengan lebih efektif untuk meningkatkan efisiensi fotosintesis.
6.
Tanam-tanaman yang lebih tahan terhadap
pengaruh kadar garam, hawa kering, dan embun beku.
7.
Mengusahakan menadapatkan tanaman baru yang
lebih menguntungkan lewat pencangkokan gen. Tanaman kentang, tomat, dan
tembakau tergolong dalam keluarga yang sama, yaitu Solanaceae. Akan tetapi
serbuk sari dari satu spesies dalam keluarga ini tidak dapat membuahi sel telur
dari spesies lain dalam keluarga itu juga.
Contoh tanaman yang telah menggunakan Teknologi Rekayasa
yaitu:
a. Kedelai Transgenik
Kedelai merupakan produk Genetikally
Modified Organism terbesar yaitu sekitar 33,3 juta ha atau sekitar 63%
dari total produk GMO yang ada. Dengan rekayasa genetik, dihasilkan tanaman
transgenik yang tahan terhadap hama, tahan terhadap herbisida dan memiliki
kualitas hasil yang tinggi. Saat ini secara global telah dikomersialkan dua
jenis kedelai transgenik yaitu kedelai toleran herbisida dan kedelai dengan
kandungan asam lemak tinggi
b. Jagung Transgenik
Di Amerika Serikat, komoditi jagung telah
mengalami rekayasa genetik melalui teknologi rDNA, yaitu dengan memanfaatkan
gen dari bakteri Bacillus thuringiensis (Bt) untuk
menghindarkan diri dari serangan hama serangga yang disebut corn borer sehingga
dapat meningkatkan hasil panen. Gen Bacillus thuringiensis yang dipindahkan
mampu memproduksi senyawa pestisida yang membunuh larva corn borer tersebut.
Berdasarkan kajian tim CARE-LPPM IPB
menunjukkan bahwa pengembangan usaha tani jagung transgenik secara nasional
memberikan keuntungan ekonomi sekitar Rp. 6,8 triliyun. Keuntungan itu berasal
dari mulai peningkatan produksi jagung, penghematan usaha tani hingga
penghematan devisa negara dengan berkurangnya ketergantungan akan impor jagung.
Dalam jangka pendek pengembangan jagung transgenik akan meningkatkan produksi jagung
nasional untuk pakan sebesar 145.170 ton dan konsumsi langsung 225.550 ton.
Sementara dalam jangka panjang, penurunan harga jagung akan merangsang kenaikan
permintaan jagung baik oleh industri pakan maupun konsumsi langsung. Bukan
hanya itu, dengan meningkatkan produksi jagung Indonesia juga menekan impor
jagung yang kini jumlahnya masih cukup besar. Pada tahun 2006, impor jagung
masih mencapai 1,76 juta ton. Secara tidak langsung, penggunaan tanaman
transgenik juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
c. Kapas Transgenik
Kapas hasil rekayasa genetik diperkenalkan
tahun 1996 di Amerika Serikat. Kapas yang telah mengalami rekayasa genetika
dapat menurunkan jumlah penggunaan insektisida. Diantara gen yang paling banyak
digunakan adalah gen cry (gen toksin) dari Bacillus thuringiensis,
gen-gen dari bakteri untuk sifat toleransi terhadap herbisida, gen yang menunda
pemasakan buah. Bagi para petani, keuntungan dengan menggunakan kapas transgenik
adalah menekan penggunaan pestisida atau membersihkan gulma tanaman dengan
herbisida secara efektif tanpa mematikan tanaman kapas. Serangga merupakan
kendala utama pada produksi tanaman kapas. Di samping dapat menurunkan
produksi, serangan serangga hama dapat menurunkan kualitas kapas.Saat ini lebih
dari 50 persen areal pertanaman kapas di Amerika merupakan kapas transgenik dan
beberapa tahun ke depan seluruhnya sudah merupakan tanaman kapas transgenik.
Demikian juga dengan Cina dan India yang merupakan produsen kapas terbesar di
dunia setelah Amerika Serikat juga secara intensif telah mengembangkan kapas
transgenik.
d. Tomat Transgenik
Pada pertanian konvensional, tomat harus
dipanen ketika masih hijau tapi belum matang. Hal ini disebabkan akrena tomat
cepat lunak setelah matang. Dengan demikian, tomat memiliki umur simpan yang
pendek, cepat busuk dan penanganan yang sulit. Tomat pada umumnya mengalami hal
tersebut karena memiliki gen yang menyebabkan buah tomat mudah lembek. Hal ini
disebabkan oleh enzim poligalakturonase yang berfungsi mempercepat degradasi
pektin.
Tomat transgenik memiliki suatu gen khusus yang disebut antisenescens yang
memperlambat proses pematangan (ripening) dengan cara memperlambat sintesa
enzim poligalakturonase sehungga menunda pelunakan tomat. Dengan mengurangi
produksi enzim poligalakturonase akan dapat diperbaiki sifat-sifat pemrosesan
tomat. Varietas baru tersebut dibiarkan matang di bagian batang tanamannya
untuk waktu yang lebih lama sebelum dipanen. Bila dibandingkan dengan generasi
tomat sebelumnya, tomat jenis baru telah mengalami perubahan genetika, tahan
terhadap penanganan dan ditransportasi lebih baik, dan kemungkinan pecah atau
rusak selama pemrosesan lebih sedikit.
e. Kentang Transgenik
Mulai pada tanggal 15 Mei 1995, pemerintah
Amerika menyetujui untuk mengomersialkan kentang hasil rekayasa genetika yang
disebut Monsanto sebagai perusahaan penunjang dengan sebutan kentang “New
Leaf”. Jenis kentang hybrid tersebut mengandung materi genetik yang memnungkinkan
kentang mampu melindungi dirinya terhadap serangan Colorado potato
beetle. Dengan demikian tanaman tersebut dapat menghindarkan diri dari
penggunaan pestisida kimia yang digunakan pada kentang tersebut. Selain
resisten terhadap serangan hama, kentang transgenik ini juga memiliki komposisi
zat gizi yang lebih baik bila dibandingkan dengan kentang pada umumnya.
Hama beetle Colorado merupakan suatu jenis serangga yang
paling destruktif untuk komoditi kentang di Amerika dan mampu menghancurkan
sampai 85% produksi tahunan kentang bila tidak ditanggulangi dengan baik.
Daya perlindungan kentang transgenik tersebut
berasal dari bakteri Bacillus thuringiensis sehingga kentang
transgenik ini disebut juga dengan kentang Bt. Sehingga diharapkan melalui
kentang transgenik ini akan membantu suplai kentang yang berkesinambungan,
sehat dan dalam jangkauan daya beli masyarakat.
2.3.4 Pentingnya
Rekayasa Genetika di Bidang
Peternakan
Teknik rekayasa genetika dapat juga digunakan
untuk menyisipkan gen ke dalam hewan, yang kemudian memproduksi obat-obatan
penting untuk manusia. Sebagai contoh, para ilmuwan dapat menyisipkan gen
manusia ke dalam sel sapi. Kemudian sai tersebut memproduksi protein manusia
yang sesuai dengan kode gen yang disisipkan. Para ilmuwan telah menggunakan
teknik ini untuk memproduksi protein pembeku darah yang dibutuhkan oleh
penderita hemophilia. Protein tersebut diproduksi dalam susu sapi, dan dapat
dengan mudah diekstraksi dan digunakan untuk mengobati manusia yang menderita
kelainan itu.
Di bidang Peternakan, rekayasa genetika juga diduga akan memberi harapan besar,
seperti:
1.
Telah diperoleh vaksin-vaksin untuk melawan
penyakit mencret ganas yang dapat mematikan anak-anak babi.
2.
Sudah dipasarkan vaksin yang efektif terhadap
penyakit kuku dan mulut, yaitu penyakit ganas dan sangat menular pada sapi,
domba, kambing, rusa dan babi. Sebelumnya, para peternak sering membantai
seluruh ternaknya, walaupun sebenarnya hanya seekor saja yang terkena penyakit
tersebut, dengan maksud untuk mencegah penularannya yang lebih luas.
3.
Sekarang sedang diuji hormone pertumbuhan
tertentu untuk sapi yang mungkin dapat meningkatkan produksi susu.
2.3.5 Pentingnya
Rekayasa Genetika di Bidang
Industri
Penelitian rekayasa genetika di bidang
industri sedang meningkat cepat. Berbagai usaha
yang sedang giat dilakukan misalnya:
1.
Menciptakan bakteri yang dapat melarutkan
logam-logam langsung dari dalam bumi.
2.
Menciptakan bakteri yang dapat menghasilkan
bahan kimia, yang sebelumnya berasal dari minyak atau dibuat secara sintetis,
misalnya saja dapat menghasilkan bahan pemanis yang digunakan pada pembuatan
berbagai macam minuman.
3.
Menciptakan bakteri yang dapat menghasilkan
bahan mentah kimia seperti etilen yang diperlukan untuk pembuatan plastik.
4.
Chakrabarty, seorang peneliti yang bekerja
untuk perusahaan “General Electrik” mencoba untuk menciptakan suatu
mikroorganisme yang mampu menggunakan minyak tanah sebagi sumber makanan dengan
maksud agar supaya mikroorganisme demikian itu akan sangat berharga dalam dunia
perdagangan, karena dapat membersihkan tumpahan minyak tanah.
2.3.6 The
Human Genome Project
Sebuah usaha kolaboratif berskala besar untuk
mengkodekan semua pasangan basa nukleotida yang berjumlah 3 miliar dalam genom
manusia diluncurkan pada tahun 1980-an. Usaha Internasional Human
Genome Project didanai oleh pemerintah dan juga sumber-sumber
industri. Proyek tersebut diharapkan selesai tahun
2003, pada tahun ke-50 penemuan struktur ADN, dan memakan biaya miliaran dolar.
Akan tetapi, kemajuan-kemajuan di bidang teknologi memungkinkan proyek itu
diselesaikan beberapa tahun lebih awal sebelum jadwalnya. Dalam sebuah
pengumuman bersejarah pada 26 Juni 2000 di Gedung Putih AS, para pemimpin dari
industry (J. Craig Venter dari Celera Genomics) dan pemerintah AS (Francis
Collins dari National Human Genome Research Institute) mengumumkan bahwa draf
pertama genom manusia telah diselesaikan. Penyelesaian draft pertama itu
memakan waktu 10 tahun. Para partisipan yang didanai oleh pemerintah memilih
kromosom-kromosom individual untuk di-sequencing, sementara
laboratorium-laboratorium yang didanai pihak swasta melakukan sequencing atas
keseluruhan genom dalam pendekatan “shotgun": skala besar (Elrod, S. dan
William D. Stansfield, 2007).
Pendekatan tersebut menggunakan komputer
untuk merakit data yang diperoleh menjadi peta keseluruhan genom. Secara
keseluruhan, lebih dari 20 miliar basa informasi sekuens telah dikumpulkan.
Miliaran basa-basa ini saling tumpang tindih (overlap) sebagai bahan untuk
membentuk peta sekuens genom manusia. Ada begitu banyak computer sehingga
sistem-sistem piranti keras computer baru telah dikembangkan untuk menampungnya
dan ruang penyimpanannya diukur dalam terabita (1015), yang 1.000 kali lebih
besar daripada gigabita (1012).
Dalam 3 miliar pasangan basa yang menyusun
genom manusia, diperkirakan terdapat 25.000 hingga 45.000 gen. Ukuran gen
manusia bisa berkisar dari ribuan hingga ratusan ribu pasangan basa (mencakup
ekson dan intron). Sebagai contoh, analisis data sekuens dari kromosom 22
menunjukkan kalau tampaknya kromosom tersebut mengandung lebih dari 800 gen.
gen yang paling besar melampaui 500.000 pasangan basa panjangnya. Dari gen-gen
yang sudah diidentifikasi, hanya separuhnya ( 400) memiliki fungsi yang
dihipotesiskan, hal ini ditemukan melalui pembandingan database sekuens.
Sejumlah gen yang telah diidentifikasi bertanggung jawab atas setidaknya 27
kelainan manusia, termasuk kanker otak dan skizofrenia. Telah diidentifikasi
keluarga gen, kelompok gen-gen yang mirip, yang tampaknya berasal dari
duplikasi tandem gen-gen dan divergensi yang terjadi sesudahnya akibat mutasi.
Dan itu baru satu dari 23 kromosom manusia yang dianalisis.
Keunggulan Tanaman Rekayasa Genetika (Genetikally
Modified Organism) WHO telah meramalkan bahwa populasi dunia akan
berlipat dua pada tahun 2020 sehingga diperkirakan jumlah penduduk akan lebih
dari 10 milyar. Karena kondisi tersebut, produksi pangan juga harus
ditingkatkan demi menjaga kesinambungan manusia dengan bahan pangan yang
tersedia. Namun yang menjadi kendala, jumlah sisa lahan pertanian di dunia yang
belum termanfaatkan karena jumlah yang sangat kecil dan terbatas. Dalam
menghadapi masalah tersebut, teknologi rDNA atau Genetikally Modified
Organism (GMO) akan memiliki peranan yang sangat penting. Teknologi
rDNA dapat menjadi strategi dalam peningkatan produksi pangan dengan
keunggulan-keunggulan sebagai berikut :
1.
Mereduksi kehilangan dan kerusakan pasca
panen
2.
Mengurangi resiko gagal panen
3.
Meningkatkan rendemen dan produktivitas
4.
Menghemat pemanfaatan lahan pertanian
5.
Mereduksi kebutuhan jumlah pestisida dan
pupuk kimia
6.
Meningkatkan nilai gizi
7.
Tahan terhadap penyakit dan hama spesifik,
termasuk yang disebabkan oleh virus.
Berbagai keunggulan lain dari tanaman yang
diperoleh dengan teknik rekayasa genetika adalah sebagai berikut :
1.
Menghasilkan jenis tanaman baru yang tahan
terhadap kondisi pertumbuhan yang keras seperti lahan kering, lahan yang
berkadar garam tinggi dan suhu lingkungan yang ekstrim. Bila berhasil dilakukan
modifikasi genetika pada tanaman, maka dihasilkan asam lemak linoleat yang
tinggi yang menyebabkan mampu hidup dengan baik pada suhu dingin dan beku.
2.
Toleran terhadap herbisida yang ramah
lingkungan yang dapat mengganggu gulma, tetapi tidak mengganggu tanaman itu
sendiri. Contoh kedelai yang tahan herbisida dapat mempertahankan kondisi bebas
gulmanya hanya dengan separuh dari jumlah herbisida yang digunakan secara
normal
3.
Meningkatkan sifat-sifat fungsional yang
dikehendaki, seperti mereduksi sifat atau daya alergi (toksisitas), menghambat
pematangan buah, kadar pati yang lebih tinggi serta daya simpan yang lebih
panjang. Misalnya, kentang yang telah mengalami teknologi rDNA, kadar patinya
menjadi lebih tinggi sehingga akan menyerap sedikit minyak bila goreng (deep
fried). Dengan demikian akan menghasilkan kentang goreng dengan kadar lemak
yang lebih rendah.
4.
Sifat-sifat yang lebih dikehendaki, misalnya
kadar protein atau lemak dan meningkatnya kadar fitokimia dan kandungan gizi.
Kekurangan gizi saat ini telah melanda banyak negara di dunia terutama negara
miskin dan negara berkembang. Kekurangan gizi yang nyata adalah kekurangan
vitamin A, yodium, besi dan zink. Untuk menanggulanginya, dapat dilakukan
dengan menyisipkan den khusus yang mampu meningkatkan senyata-senyawa tersebut
dalam tanaman. Contohnya telah dikembangkan beras yang memiliki kandungan
betakaroten dan besi sehingga mampu menolong orang yang mengalami defisiensi
senyawa tersebut dan mencegah kekurangan gizi pada masyarakat.
Penggunaan rekayasa genetika khususnya pada
tanaman tidak terlepas dari pro-kontra mengenai penggunaan teknologi tersebut.
1. Tanaman transgenik memiliki kualitas yang
lebih tinggi dibanding degan tanaman konvensional, memiliki kandungan nutrisi
yang lebih tinggi, tahan hama, tahan cuaca sehingga penanaman komoditas
tersebut dapat memenuhi kebutuhan pangan secara capat dan menghemat devisa
akibat penghematan pemakaian pestisida atau bahan kimia serta memiliki
produktivitas yang lebih tinggi.
2. Teknik rekayasa genetika sama dengan
pemuliaan tanaman yaitu memperbaiki sifat-sifat tanaman dengan menambah
sifat-sifat ketahanan terhadap cengkeraman hama maupun lingkungan yang kurang
menguntungkan sehingga tanaman transgenik memiliki kualitas lebih baik dari
tanaman konvensional serta bukan hal yang baru karena sudah lama dilakukan
tetapi tidak disadari oleh masyarakat.
3. Mengurangi
dampak kerusakan dan pencemaran lingkungan, misalnya tanaman transgenik tidak
perlu pupuk kimia dan pestisida sehingga tanaman transgenik dapat membantu
upaya perbaikan lingkungan
BAB
III
PENUTUP
Dari uraian di atas dapat
disimpulkan, alasan pengharaman kloning
reproduksi manusia bukan terletak pada proses atau teknologinya, bukan pada
teknis pelaksanaannya di luar proses alamiah dan tradisional, tetapi pada
mudarat yang ditimbulkannya, akan merancukan dan menafikan berbagai pranata
sosial, etika, dan moral, juga akan merendahkan nilai dan martabat
insani. Hal ini sejalan dengan pendangan dari agam Islam dan
Kristen. Teknologi
rekayasa genetika yang dapat ditolerir dan bahkan didukung hanya pada tujuan
produktivitas tanaman, tumbuhan dan hewan. Demikian juga untuk menemukan
obat-obatan tertentu yang sangat diperlukan dalam dunia pengobatan.
Perangkat peraturan untuk
pelepasan produk bioteknologi tanaman, ikan hewan dan pakan saat ini telah
dimiliki Indonesia yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) No 21 Tahun
2005. Peraturan ini merupakan peningkatan atau penyempurnaan dari peraturan yang
sebelumnya dari Keputusan Bersama Empat Menteri Tahun 1999 serta khusus dibuat
untuk mengatur produk bioteknologi hasil rekayasa genetika di Indonesia. PP ini
dibuat atas dasar pendekatan kehati-hatian yang sesuai dengan Protokol
Cartagena tentang Keamanan Hayati. Protokol ini sebelumnya telah diratifikasi
Indonesia melalui Undang-Undang No 21 Tahun 2004.Keputusan
ini dibuat untuk menjamin keamanan hayati dan keamanan pangan bagi kesehatan
manusia, keanekaragaman hayati dan lingkungan.
DAFTAR
PUSTAKA
Dinata, Deden. 2009. Bioteknologi. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran.
Deswina, Puspita. 2009. Pengkajian
Pelepasan Tanaman Padi Transgenik di Indonesia “Assesment on Release
of transgenic rice plant in Indonesia”. Diakses
tanggal 15 Oktober 2012
Hamid,
Huzaifah. 2009. Makalah Genetika Dasar. Http:
//zaifbio.wordpress.com/2009/06/12/makalah-genetika-dasar. Diakses
tanggal 9 Oktober 2012.
Joe,
Indra. 2009. Ilmu Genetika.
http://indra-joe.blogspot./2009/04/30/ilmu-genetka.html. Diakses tanggal 9
Oktober 2012.